Kamis, 26 Januari 2012

HASIL "OPERASI GURITA" BAKORKAMLA 2011

93 kapal Diamankan dalam "Operasi Gurita"



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksanaan Operasi Gurita yang dipadukan dengan Operasi Sepanjang Tahun (OST) yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) bersama seluruh Stake Holder berhasil mengamankan dan melakukan pemeriksaan terhadap 93 kapal dalam kurun waktu Agustus 2011.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) Bakorkamla, Laksamana Madya Didik Heru Purnomo kepada awak media di ruang kerjanya, Senin (22/8/2011).
Didik juga menjelaskan Operasi Gurita yang bersamaan dengan OST tersebut lebih difokuskan pada antiperompakan yang sering terjadi di wilayah barat Indonesia. Pihaknya secara langsung melibatkan beberapa unit khusus anti perompakan yang berasal dari TNI AL, KAL TNI AL serta Kapal cepat Bakorkamla Kamla 1203 dalam pergerakkannya.
"Jumlah 93 kapal tersebut,terdiri dari 9 kapal dari satgas Batam, 26 kapal dari satgas Manado dan 58 Kapal dari satgas di Ambon. Jadi jumlah tersebut terbilang lebih dari target yang diberikan oleh pemerintah sebesar 20 persen dari 253 kasus per bulannya," terang Didik.
Selanjutkan kapal-kapal yang telah diamankan tersebut langsung diperiksa dan diproses ke pihak penyidik yang berwenang.
"Dari hasil tangkapan itu ada 2 orang perompak yang melakukan aksinya beberapa waktu lalu di perairan Batam terbilang menonjol. Ini mengingat semua pihak bekerja sama di lapangan, baik itu dari menerima laporan, mengkoordinasikan hingga pergerakannya langsung ke lokasi terbilang cepat dan berkualitas," terang Didik. (Isu)

Penulis: Iman Suryanto  |  Editor: Yudie Thirzano, Sertu Maritim M. Rifai

Minggu, 22 Januari 2012

MABES POLRI WAJIB DIPERKETAT LAGI PENGAMANANNYA

Mabes Polri Mesti Tangani Pencurian di Kepulauan Riau

TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA- Pengamat sosial Kutim Abu Faqih, menilai Mabes Polri perlu turun tangan dalam pengembangan penyelidikan kasus pencurian alat berat PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Perairan Kepulauan Riau.
Alasannya, karena peristiwa ini terjadi di jalur pelayaran Selat Malaka dan kapal tersebut berbendera Singapura. Dalam hal ini tidak cukup hanya dengan kerjasama antar Polda.
Penyidik juga dinilainya perlu memeriksa berbagai pihak terkait, mulai dari nahkoda dan ABK dan manajemen perusahaan pemilik kapal terkait prosedur teknis pelayaran. Juga pihak KPC terkait proses pembelian alat berat, apakah sudah sesuai antara pemesanan dengan yang diantar.
"Polisi juga harus menjajaki kemungkinan kelalaian. Mengapa tidak ada ABK yang menjaga di tongkang? Untuk perbandingan, tongkang yang mengangkut semen dan pasir saja tetap dijaga. Juga apakah SOP keamanan pelayaran sudah dipenuhi saat terjadinya pencurian," katanya, Sabtu (21/1/2012).
Ia menegaskan peristiwa ini bukan sekedar perkara kehilangan barang yang mungkin sudah diasuransikan. "Hal ini menyangkut keamanan investasi dan kondusifitas di Indonesia. Peristiwa ini harus diselidiki sampai tuntas dan harus diantisipasi agar tidak terjadi lagi. Kondisi aman harus benar-benar diwujudkan," katanya.
Sementara itu, pihak PT Kaltim Prima Coal (KPC) lagi-lagi belum bisa dikonfirmasi terkait masalah ini. Sumber Tribun di bagian logistic KPC menyatakan laporan hasil investigasi sudah diserahkan pada bagian eksternal KPC. Pihak External-lah yang kemudian melapor ke Polres Kutim.
Sember tersebut sebenarnya mengetahui hasil investigasi. Namun karena ia bukan spoke person perusahaan, maka ia tidak bisa menyampaikan keterangaan. Pada sisi lain, beberapa petinggi Bagian External KPC tidak bisa dihubungi. Sebagian mereka menyatakan belum tahu. Sedangkan sebagian yang lain tidak memberikan tanggapan, walaupun sudah dihubungi via telepon dan pesan singkat. (*)

Editor: Taryono dan Sertu Maritim M. Rifai |  Sumber: Tribun Kaltim

Sabtu, 21 Januari 2012

SUKA DUKA MENGABDI KEPADA NEGARA INDONESIA


Suka Duka Para Lajang Awak KRI Dewaruci
Jadwal Lamaran Berantakan, Nikah pun Ditunda

DEMI NEGARA: Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo (foto kiri) dan Kelasi Dua Agung P
Tidak bertemu keluarga dan orang-orang tercinta dalam waktu lama menjadi konsekuensi tersendiri bagi awak KRI Dewaruci. Itu pula yang dialami Kelasi Dua Agung Pujiono dan Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo.

FOTO mesra Agung Pujiono dan Dwi Lestari tidak pernah lepas dari dompet loreng khas tentara yang dibawanya. Dengan pakaian khas anggota TNI-AL, Agung berdampingan dengan sang kekasih yang hendak dinikahi. Foto itu menjadi penawar kangen Agung selama berlayar hampir sepuluh bulan dengan KRI Dewaruci.

Sebagai tentara lajang yang bertugas di Kesatuan Kapal Bantu Ar mada RI Kawasan Timur (Satbanarmatim), waktu Agung banyak dihabiskan di atas kapal. Tidak hanya saat jam dinas mau pun waktu jaga (tiap hari hingga pukul 18.00), tidur di kapal atau yang biasa disebut tidur dalam harus dilakoni personel yang masih bujang.

Lantaran merasa siap berumah tangga, prajurit kelahiran Salatiga, Jateng, 21 November 1989, itu sudah merencanakan pernikahan pada pertengahan April 2012. Masing-masing keluarga sudah saling sepakat. “Saya kenal Dwi sejak awal masuk SMK di sekolah yang sama. Kami pacaran mulai kelas III, setelah jadian dalam acara pendakian pencinta alam di Gunung Ungaran pas tahun baru 2008,” kenang tentara yang bertugas di satuan KRI Arun-903 itu.

Perkenalan Agung dengan Dwi dirajut di bangku SMK Texmaco, Semarang. Agung duduk di jurusan informatika, sedangkan kekasihnya di jurusan tekstil. Perjuangan Agung untuk menaklukkan hati Dwi tidak gampang. Tidak hanya merayu sampai menyiapkan segala keperluan mendaki. Tetapi, juga diperlukan nyali untuk meluluhkan hati orangtuanya agar mendapat izin mendaki gunung sampai bermalam.

Sinyal hijau didapat setelah Agung mampu meyakinkan sang bapak bahwa dirinya bertanggung jawab “mengawal” keselamatan Dwi. “Teman yang lain nggak diberi izin ayahnya. Kebetulan saya kok boleh,” ujar kelasi yang menjabat juru elektronika dan navigasi itu. Hubungan kasih tersebut pun terus berlanjut hingga orangtua Dwi menyatakan tidak berkeberatan putrinya dinikahi Agung.

Rencana pernikahan pun mulai dipersiapkan anak sulung di antara dua bersaudara itu. Karena membutuhkan proses panjang untuk pengurusan administrasi, misalnya mengantongi izin komandan dan lulus serangkaian tes, Agung baru berencana menghadap komandannya pada November 2011.

Jika izin dari pimpinannya turun, Agung semula menjadwalkan melamar Dwi pada Desember lalu. Tetapi, skenario yang sudah dia susun berantakan. Turunnya telegram rahasia dari panglima Armatim pada 3 Oktober tahun lalu membuat dia sempat bimbang terhadap rencana berkeluarga dalam waktu dekat. Namanya masuk daftar personel KRI Arun-903 yang diperbantukan ke KRI Dewaruci.

Sebagai tentara, Agung pantang menolak perintah. Di sisi lain, sebagai warga negara, dia punya hak seperti menikah. Kebetulan, jadwal nikah yang direncanakan berbenturan dengan agenda Dewaruci ke Amerika Serikat (AS).
Selama April nanti, Dewaruci masih melakukan perjalanan etape ke-6 dari Panama–AS. Total etape yang ditempuh kapal legendaris itu adalah 24 etape.
Kapal yang berlayar perdana pada 1953 tersebut dijadwalkan baru kembali ke Dermaga Ujung, Surabaya, pada 17 Oktober 2012. “Untungnya, pihak keluarga Dwi bersedia mengerti. Akhirnya, antar keluarga sepakat menunda lamaran dan akad nikahnya setelah saya pulang Oktober nanti,” tutur Agung.

Bagi Agung, pelayaran Dewaruci kali ini bakal menjadi bagian dari sejarah hidupnya. Sejak lolos tes masuk TNI-AL pada 2008 dan bertugas di KRI Arun, dia belum pernah melakoni pelayaran internasional. Tugas operasi militer sebatas wilayah perairan Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan selama tiga bulan. Di sisi lain, masuk tentara merupakan salah satu obsesi ayahnya, Suwarno, yang berdinas di Korem 073 Makutarama, Salatiga, dengan pangkat kopral kepala.

Kondisi keluarganya terbatas secara ekonomi. Terutama setelah Suwarno mengalami kecelakaan tahun lalu, status kedinasannya dipersingkat. Ibunya, Latifah, hanya seorang ibu rumah tangga. “Mungkin tidak sampai dua tahun lagi bapak dipensiun dini. Saya diharapkan meneruskan karirnya sebagai tentara,” ucap dia.

Ada kesan lain yang bakal Agung dapat dari pelayaran Dewaruci. Per 1 Oktober mendatang pangkat balok di lengannya bertambah satu. Yaitu, naik dari kelasi dua menjadi kelasi satu setelah surat penetapannya menjadi personel TNI-AL genap empat tahun.

“Harapan bapak terhadap saya menjadi tentara agar bisa hidup berkecukupan dengan pangkat dan jabatan yang lebih tinggi dari bapak,” ucapnya.

Selain Agung, kru Dewaruci yang harus menunda jadwal pernikahan adalah Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo. Lulusan perwira karir 2008 itu terpaksa mengundur rencana menikahi Fidelia Catherine. Penundaan tahun ini merupakan kali kesekian dia putuskan.

Perkenalan Bangun dengan seorang guru Yayasan Pendidikan Musik (YPM) Bintaro itu terjalin di Jakarta. Sebelum dimutasi ke Armatim mulai Juni 2010, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, tersebut berdinas di Armabar (Armada RI Kawasan Barat).

“Penugasan kali ini bisa menjadi ujian kesetiaan kami. Sebelumnya kami antara putus-nyambung,” canda perwira kelahiran Pekalongan, Jateng, yang akan genap 30 tahun pada 7 November. Selama bertugas di Armatim, Bangun selalu menjadi ujung tombak tim kesehatan di setiap satuan kapal.

Bangun merupakan dokter langka di lingkungan TNI-AL yang mengantongi brevet perwira dari satuan kapal selam. Kenaikan pangkat dari letnan dua menjadi letnan satu dia peroleh dalam pelayaran. “Kalau setahun bisa berlayar sampai tiga kali, kapan jadinya,” ujarnya.

Misi Kartika Jala Krida dengan Dewaruci kali ini merupakan yang kedua bagi Bangun. Tahun lalu dia mengawal ratusan ABK dan kadet ke Guangzhou, Tiongkok, selama 52 hari.
Kendati tidak menyebut terperinci tanggal maupun bulan revisi jadwal menikahnya, dia mematok 2012 merupakan toleransi terakhir.  Bangun mengaku sering disindir keluarga karena belum berumah tangga hingga usia menjelang kepala tiga.

Apalagi, mendekati momen Imlek yang biasanya banyak keluarga dia yang saling kunjung. “Pokoknya, kawin tahun ini sepulang dari pelayaran Dewaruci,” tegasnya.
Info by : Padang Ekspres, Editor by : Sertu Maritim M. Rifai

KRI DEWARUCI KELILINGI 4 BENUA


Kiat Kru KRI Dewaruci Menjaga Stamina di Tengah Pelayaran Panjang
JAGA KEKOMPAKAN: Para kadet berlatih tari di atas KRI Dewaruci. (foto kanan) Par
Mengarungi laut sepanjang 27.006 mil atau sekitar 50.015 kilometer butuh stamina prima. Itulah tugas berat para kru KRI Dewaruci yang tengah bermuhibah mengelilingi empat benua.

SUDAH empat hari KRI Dewaruci berada di laut lepas. Sejak meninggalkan Dermaga Ujung, Surabaya, Sabtu (14/1), kapal berusia 60 tahun itu kini berada di kawasan perairan Selayar, Sulawesi Selatan. Dewaruci telah menempuh jarak sekitar 505 mil laut. Jarak tersebut hanya sebagian di antara rute menuju persinggahan pertama di Jayapura, Papua

Untuk menuntaskan etape perdana sejauh 1.855 mil tersebut, diperkirakan butuh waktu 10–11 hari. Itu hanya bagian kecil dari perjalanan panjang yang bakal diarungi Dewaruci. Total ada 24 etape dengan lama perjalanan yang direncanakan 277 hari.

”Tentara saja harus siap fisik dan mental, apalagi Anda yang bukan tentara,” kata Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo kepada JPNN yang mengikuti muhibah tersebut. Untuk membuat tubuh anak buah kapal (ABK) Dewaruci dan pendukungnya selalu sehat dalam pelayaran, pemenuhan kebutuhan makan normal tiga kali sehari tidaklah cukup.

Bangun menjelaskan, diperlukan nutrisi dan suplemen khusus untuk membuat daya tahan badan tetap terjaga. Sebab, menempuh pelayaran dengan kapal dalam waktu panjang berbeda dari perjalanan darat. Jika terjadi sesuatu di darat, penumpang masih bisa transit atau mampir. Tidak demikian halnya dengan perjalanan laut. Penanganannya lebih rumit.

Misalnya, ketika Dewaruci sempat berhenti di perairan barat laut Sulawesi Selatan Selasa sore. Kebocoran oli di mesin pokok membuat kapal terapung sekitar sejam. Setelah baut yang kendur dirapatkan, kapal kembali berlayar.

Bangun menjelaskan, segala keperluan terkait suplemen dan obat-obatan telah disiapkan lebih dari cukup untuk pelayaran sekitar 10 bulan. Termasuk untuk mengantisipasi endemi Malaria yang sangat mungkin muncul di Jayapura. Dewaruci dijadwalkan bersandar di Papua selama tiga hari. ”Kami selalu membekali chloroquin (semacam pil kina) untuk personel yang akan menuju Papua,” katanya.

Pada dua hari pertama, JPNN juga wajib mengonsumsi sebutir pil pahit itu setiap hari. Bangun menjelaskan, tablet ungu yang diproduksi Dinas Kesehatan TNI AL tersebut bisa menambah kekebalan badan untuk menangkal malaria. Jika pertahanan badan menurun, dikhawatirkan kru bakal sakit dan terancam tidak bisa melanjutkan pelayaran. Jika dipaksakan, mereka malah akan menjadi beban.

Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseta mengungkapkan, dalam pelayaran lain, dirinya pernah meninggalkan seorang personel karena terserang malaria. Lantaran tidak mematuhi perintah dokter kapal, tentara matra laut itu mengidap malaria tidak lama setelah kapal bersandar di Lantamal (Pangkalan Utama TNI-AL) IX Jayapura. ”Anggota itu sampai harus opname tiga hari. Terpaksa kami tinggal untuk sebuah operasi militer,” tutur Bima.

Selain mengonsumsi chloroquin, setiap penumpang Dewaruci diimbau meminum suplemen vitamin C. Sebuah botol tablet pelengkap makan berisi 30 butir diberikan tim kesehatan. Dosisnya sebutir sehari. Obat itu berkhasiat menambah daya tahan selama pelayaran. Buah-buahan juga menjadi menu pelengkap setiap selesai makan siang. Misalnya, pisang, jeruk, semangka, dan melon.

Extra-fooding seperti kacang hijau melengkapi makan malam sebagai pencuci mulut. Untuk menjaga kebugaran, seluruh ABK diwajibkan mengikuti program olahraga. Kebetulan, Selasa merupakan salah satu hari kesamaptaan jasmani selain Jumat. Bertempat di geladak atas, mereka senam peregangan hampir 30 menit.

Berbagai variasi peregangan dipimpin Kepala Divisi Layar Lettu Laut (P) Yacob Tri Raharjo. Kru diharuskan pula joging mengelilingi geladak atas kapal tiga kali.  Menu olahraga lain memanjat tiang utama Dewaruci paling depan. Lalu, ABK diminta pull-up (mengangkat badan dengan tangan sampai dagu menyentuh palang) di sebuah palang.
Info by : Padang Ekspres, Editor by : Sertu Maritim M. Rifai

BAKORKAMLA 021-500500 / 127


Pemerintah Serius Atasi Illegal Fishing



Bitung, Info Publik Keseriusan pemerintah pusat dan daerah untuk menghadang penjarahan ikan di laut atau illegal fishing terus diseriusi. Hal ini dibuktikan dengan diresmikannya Maritime Rescue Coordinating Center (MRCC) dan Global Maritime Distress Safety System (GMDSS).
Selain itu tersedia dukungan radio VHF dan HF untuk marine milik dari Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) RI Wilayah Satuan Tugas II tim Korkamla Sulut di Jalan AP Tangkudung Kota Bitung.
“Semua aktifitas nelayan di laut bisa dipantau dengan adanya kantor tersebut lewat monitor sampai radius 200 KM dari garis pantai,” ungkap Assisten Satu Pemkot Bitung Fabian Kaloh SIP Msi  mewakili Walikota Bitung.
Dengan diaktifkannya kantor ini sangat diharapkan agar tidak ada lagi nelayan yang melakukan penjualan ikan di laut dengan kapal asing, “Ini bisa memberi keuntungan besar bagi nelayan Bitung karena adanya alternatif pemasaran hasil tangkapan,” jelas Kaloh.
Sementara itu Komandan  satgas II tim Korkamla pada alur laut keamanan Indonesia (ALKI) II Kombes Pol Amir Lubis mengatakan alat ini efektif untuk penjagaan, pengawasaan, pencegahan, dan penindakan pelanggaran hukum serta keselamatan pelayaran serta pengamanan terhadap aktifitas masyarakat.
"Proses pembangunan ini sendiri dimulai sejak 3 Mei 2011 dengan menggunakan peralatan produk GEM electronic di Italia," kata Kombes Pol Amir Lubis.
Hadir pada kesempatan tersebut staf ahli khusus Bakorkamal Laksamana Madya purn Muklas Sidik disaksikan asisten I Pemprov Sulawesi Utara Mecky Onibala, Komandan satgas II tim Korkamla Manado Kombes Pol Amir Rachman Lubis, Asisten I pemko Bitung Fabian Kaloh, Wadan Danlantamal VII Manado Kolonel I Ketut Suarya, Danyonmathanla VIII Bitung Letkol Marinir Apollinaris AW.
Info by  : InfoPublik.com,  Editor by  : Sertu Maritim M. Rifai

TUGAS POKOK SEMUA MRCC BAKORKAMLA


Kehadiran MRCC dukung penegakan hukum di laut


 Agenda pengamanan laut sangat perlu dilakukan. Dan kehadiran MRCC dapat membantu terwujudnya penciptaan keamanan dan keselamatan, serta penegakkan hukum di wilayah perairan secara terpadu.

Manado (ANTARA News) - Kehadiran "Maritime Rescue Coordinating Center" (MRCC) Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Satgas II Manado, di Kecamatan Manembo-nembo, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara akan mendukung penegakan hukum di laut.

"Mudah-mudahan kehadiran MRCC ini penegakan hukum di laut dapat berjalan baik. Apalagi Sulawesi Utara (Sulut) selain daerah kepulauan juga dikelilingi dengan perairan laut," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Pemerintah Provinsi Sulut, Mecky M Onibala, di Manado, Jumat, terkait peresmian MRCC.

MRCC itu diresmikan oleh Kepala Pusat Informasi Hukum dan Kerjasama Bakorkamla, Tri Yuswoyo mewakili Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Didik Heru Purnomo, di Bitung, pada Kamis (19/1).

Hadir pada acara itu antara lain, Staf Ahli Bakorkamla M Sidik, Asisten I Pemerintah Provinsi Sulut, Mecky Onibala, Wakil Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VIII Manado, Kolonel Mar I Ketut Suarya, Asisten I Pemerintah Kota Bitung, Fabian Kaloh.

Kehadiran MRCC, kata Onibala, sangat membantu pengembangan sistem informasi badan koordinasi keamanan laut berbasis teknologi informasi yang terintegrasi dengan stakholder terkait dalam menyajikan data dan informasi yang cepat dan akurat.

"Agenda pengamanan laut sangat perlu dilakukan. Dan kehadiran MRCC dapat membantu terwujudnya penciptaan keamanan dan keselamatan, serta penegakkan hukum di wilayah perairan secara terpadu," katanya.

Onibala mengatakan, kondisi perairan laut Sulut sangat perlu mendapat perhatian utama.

Alasannya, wilayah perbatasan antara Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud masih terjadi perdagangan ilegal yang dapat merugikan negara dan mengancam keberadaan pulau-pulau terluar.

"Potensi sumberdaya alam provinsi Sulut yang dikelilingi dengan laut menjadi daya tarik tersendiri bagi nelayan negara luar. Bila sumberdaya ini tidak diawasi akan mendatangkan kerugian bagi daerah ini," katanya.

Karena itu, kata Onibala, pengamanan wilayah perairan memerlukan langkah strategis dan koordinasi dari semua pihak terkait sehingga tidak merugikan negara.

"Kehadiran MRCC di Sulut akan mendukung pembangunan dan pengembangan sistem informasi dan koordinasi keamanan laut," katanya.

Sebelumnya Kepala Pusat Informasi Hukum dan Kerjasama Bakorkamla Try Yuswoyo

mengatakan,wilayah perairan Indonesia yang luas tidak bisa ditangani hanya satu institusi saja.

Melainkan diperlukan adanya sinergitas dari berbagai banyak pihak dalam pelaksanaannya.

Keterlibatan berbagai pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah serta masyarakat pengguna laut sangat dibutuhkan guna mewujudkan rasa aman dan nyaman dalam membangun roda pereknomian bangsa khususnya di Sulut.

"Kehadiran MRCC ini sangat membantu didalam hal pemantauan keamanan laut dan sumber daya laut serta pemantauan terhadap keselamatan pelayaran," katanya.

Dia menambahkan, diharapkan dengan diresmikan MRCC ini akan sangat berguna bagi aparat penegak hukum, masyarakat serta pengguna laut lainnya dalam melaksanakan tugas atau aktivitas sehari-hari.

KONFLIK TERBARU


AS Siap Konfrontasi dengan Iran di Selat Hormuz


Washington - Amerika Serikat (AS) bersiap penuh jika terjadi konfrontasi dengan Iran terkait masalah Selat Hormuz. Namun, AS tetap berharap perselisihan di Selat Hormuz dapat diselesaikan dengan cara damai.

"Kami jelas selalu melakukan persiapan untuk mempersiapkan kontingensi apa pun, tetapi kami tidak membuat langkah khusus karena kami siap sepenuhnya untuk menghadapi situasi yang terjadi saat ini," ujar Menteri Pertahanan AS Leon Panetta seperti diberitakan AFP, Kamis (19/1/2012).

AS telah menempatkan armada Angkatan Lautnya di perairan luar Teluk Persia untuk menghadapi setiap ancaman. "Kami selalu mempertahankan kehadiran kami yang kuat di wilayah itu. Kami memiliki armada Angkatan Laut yang terletak di sana," jelasnya.

"Kami memiliki kelompok militer di wilayah itu dan untuk membuat sesuatunya sangat jelas, bahwa kami akan melakukan apa pun untuk membantu mengamankan perdamaian di dunia," tambahnya.

Menurut Panetta, AS tetap berusaha mencegah Iran untuk mendapatkan senjata nuklir dan menutup Selat Hormuz. "Tujuan kami selalu jelas bahwa kita berharap setiap perbedaan yang kita miliki, segala keprihatinan kita diselesaikan dengan cara damai dan diselesaikan dengan undang-undang internasional dan peraturan internasional," terangnya.

Sayangnya, Panetta menolak mengomentari tentang laporan yang menyebutkan pihaknya telah mengirimm surat ke Iran tentang ancaman Iran untuk menutup jalur laut di Selat Hormuz.

"Kami punya jaringan di mana kami berurusan dengan orang-orang Iran dan kita terus melanjutkan jaringan itu," kata Panetta.

Hubungan Iran dan negara-negara Barat memanas seiring dengan program nuklir Iran. Barat mencoba menyudutkan Iran dengan menerapkan sanksi pada industri minyak Iran. Iran membalasnya dengan mengancam akan menutup Selat Hormuz jika negara-negara Barat benar-benar menerapkan sanksi terhadap industri minyak Iran. Selat tersebut merupakan salah satu rute penting di Teluk Persia karena sekitar sepertiga minyak dunia dikirimkan lewat selat tersebut.
Info by  : detikNews, Editor by  : Sertu Maritim M. Rifai

KESEPAKATAN INDONESIA DENGAN MALAYSIA


Klaim klasik yang sering dipakai adalah telah terjadi pelanggaran batas laut oleh nelayan. Sejumlah kasus penangkapan nelayan di Selat Malaka, baik oleh aparat Malaysia atau Indonesia misalnya, sering sekali menjadi isu besar yang berkepanjangan dan menguras energi kedua belah pihak. Untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul di wilayah yang disebut sebagai overlapping claim area tersebut, maka pemerintah Indonesia dan Malaysia duduk bersama untuk membahas masalah itu pada tataran kebijakan strategis dan tataran taktis operasional.

Itulah sedikit kado yang mengemuka dalam perayaan HUT Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) di Graha Marinir, Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Januari 2011. “Kini Bakorkamla sudah tidak balita lagi,” ungkap Menko Polhukam Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto yang juga Ketua Bakorkamla di awal sambutannya. Tepat, di usianya yang ke-5 Bakorkamla sudah mengalami banyak kemajuan berarti, baik dari aspek kelembagaan, kapasitas personal, penguasaan teknologi dan tugas operasional di lapangan.

Tecatat sudah 20 kali operasi keamanan di laut dengan nama “Operasi Gurita” dilakukan di berbagai wilayah laut di Indonesia. Hasilnya, setiap tahun ratusan milyar rupiah potensi kerugian negara berhasil diselamatkan dari berbagai tindak kejahatan yang berlangsung di wilayah laut Republik Indonesia. Institusi yang lahir kembali melalui Perpres No. 81 Tahun 2005 tersebut, memiliki tugas utama melakukan koordinasi penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan operasi keamanan laut secara terpadu.

Dalam rangka tugasnya tersebut, menurut Djoko Suyanto, tantangan yang diemban Bakorkamla akan makin kompleks. “Salah satunya dalam menangani wilayah laut yang sering menimbulkan overlapping claim area atau klaim batas/wilayah antara dua negara atau lebih,” kata Djoko. Kawasan yang selama ini sering terjadi overlapping claim area adalah sekitar Selat Malaka antara Indonesia dan Malaysia menyangkut nelayan dari kedua negara yang sering melintas selat tersebut.

Untuk menciptakan zero conflict atau tidak adanya konflik yang muncul atas masalah penanganan nelayan tersebut, maka dilakukan pembahasan kerangka common guidelines antar dua negara, yang nantinya dalam tataran taktis operasional di lapangan akan berbentuk standard operation procedure (SOP). “Diharapkan dalam pelaksanaannya di lapangan bisa benar ditangani dan mendapat perhatian, karena masalah kecil bisa menjadi masalah di parlemen, jalanan, politik dan hubungan kedua negara,” pesan Djoko kepada segenap stakeholders dan instansi anggota Bakorkamla.

Dalam pembahasan terakhir kerangka common guidelines pada 28 dan 29 Desember 2011 lalu telah dihasilkan titik temu dan sudah dapat dilaksanakan sebagai acuan per awal Januari 2012. Pembahasan kerangka comman guidelines itu sendiri awalnya merupakan hasil pertemuan Pemerintah RI dan Malaysia pada KTT ASEAN, 16 November 2011 lalu. Kedua negara sepakat untuk membahas dan melaksanakan SOP sehingga di daerah overlapping claim area yang berada di Selat Malaka tidak muncul konflik.

Dalam kesempatan terpisah menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Bakorkamla Laksdya TNI Y. Didik Heru Purnomo, yang dilakukan oleh aparat di lapangan adalah pada tataran taktis operasional. “Jadi tidak membahas masalah kedaulatan, masalah rezim hukum yang ada di daerah overlapping claim area tersebut. Pokok pembahasaan adalah bagaimana kita mengelola daerah tersebut dengan prinsip-prinsip persaudaraan dan mengurangi konflik yang timbul.”

Terkait hal itu, sebelumnya Bakorkamla telah melakukan pertemuan awal dengan Majlis Keamanan Negara (MKN) Malaysia pada 20-30 November 2011. Wilayah maritim yang menjadi fokus pembahasan common guidelines mencakup area Selat Malaka, Timur Selat Singapura, Laut China Selatan, dan Laut Sulawesi. Sedangkan permasalahan yang menjadi topik pembahasan adalah menyangkut perampokan di laut, pencemaran laut, perikanan, penyelundupan, keselamatan pelayaran, pendatang tanpa izin dan pelanggaran wilayah.

Sebagai gambaran, setiap masalah dibedah secara detail dan sekaligus dipetakan kategorinya. Masalah perikanan terkait nelayan, maka dibedakan nelayan tradisional yang memakai kapal di bawah 5 gross ton (GT) dengan nelayan non-tradisional yang memakai kapal ukurang di atas 5 GT. Lalu dalam penggunaan alat tangkap dijelaskan soal penggunaan alat tangkap ikan yang tidak diperbolehkan seperti trawl atau pukat harimau, bahan peledak, strum ikan, racun ikan dan bahan kimia lainnya yang mengancam ekosistem laut dan mencemari laut.

Dalam pembahasan itu delegasi Bakorkamla pada poin principle dan elements mengusulkan agar dibicarakan substansi mengenai praktik banyaknya kapal-kapal kecil yang patut dicurigai dan diduga sebagai bakal calon pelaku kriminal. Mereka ini sering berkedok sebagai nelayan, namun mereka bisa saja membawa obat-obatan terlarang dan bahkan manusia untuk diselundupkan.

Aparat keamanan Indonesia yang mendapat tugas di Selat Malaka telah lama mensinyalir adanya kapal kecil yang dipakai pelaku kriminal yang berpura-pura sebagai nelayan tradisional. Mereka ini kemudian melakukan perampokan dan menyelundupkan barang. Praktik ini dinilai merugikan nelayan tradisional, sehingga tetap harus diwaspadai dan melahirkan kesepahaman antara Indonesia dan Malaysia.

Selanjutnya Bakorkamla dengan Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) akan melakukan sosialisasi terhadap perbatasan wilayah (Indonesia-Malaysia) yang masuk kategori abu-abu atau belum jelas dan juga tindakan apa yang harus dilakukan sesuai SOP dan ketentuan lain yang berlaku. Sosialisasi diberikan kepada para pengguna laut terutama kepada pada nelayan yang tinggal di pesisir perbatasan. (GAG)
Info by  : Gatra News,   Editor by  : Sertu Maritim M. Rifai

Rabu, 18 Januari 2012

KRI DEWARUCI DI MATA INTERNASIONAL


KRI Dewaruci keliling dunia, duta wisata nasional

KRI Dewaruci, kapal latih tiang tinggi TNI-AL memulai pelayaran keduanya keliling dunia dari Dermaga Ujung, Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL. Pelayaran kali ini menempuh jarak lebih dari 27.000 mil laut dengan merapat di pelabuhan 21 negara di empat benua. (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)
 ... satu sasaran wisman yang hendak dibidik adalah turis wisata bahari dan untuk itu pilihan kita sangat pas bersinergi dengan TNI-AL...

Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah serius membidik potensi wisatawan mancanegara ke tanah air melalui promosi Wonderful Indonesia pada pelayaran internasional 2012 oleh KRI Dewaruci. Kapal latih buatan Jerman pada 1953 itu berlayar keliling dunia sejauh lebih dari 27.000 mil laut pada Minggu.

Pelayaran keliling dunia kedua kali KRI Dewaruci itu dipimpin Letnan Kolonel Pelaut Harris Bima, akan menyinggahi 21 negara di Asia, Afrika, Amerika Serikat, dan Eropa. Kali pertama KRI Dewaruci berlayar keliling dunia pada 1964 di bawah komando Overstee (Letnan Kolonel) Pelaut Sumantri atas perintah Presiden Soekarno.

Dalam tiap kehadirannya di gelanggan internasional, KRI Dewaruci dan awak serta kadet-kadet TNI-AL yang serta selalu mampu menghadirkan nuansa dan roh Indonesia kepada masyarakat yang datang. Mereka jatuh cinta pada KRI Dewaruci dan keramahan tulus para pelaut TNI-AL yang ada di dalam lambungnya. 

"Sasarannya adalah masyarakat setempat dan fans KRI Dewaruci di 21 negara pada empat benua yang disinggahi," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, kepada pers, usai menandatangani Perjanjian Kerja sama dengan TNI AL tentang pembentukan citra Pariwisata Wonderful Indonesia di KRI Dewaruci, di Surabaya, Sabtu.

Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, bersama Nirwandar, kemudian melepas keberangkatan kapal layar tiang tinggi itu untuk memulai perjalanan muhibah selama 277 hari hingga 16 Oktober 2012 serta singgah di 21 negara. 

KRI Dewaruci dalam pelayarannya ke luar negeri, kata Soeparno, juga sekaligus untuk mengikuti Operation Sail 2012 di Amerika Serikat dalam rangka 200 Tahun Perang Besar (200th Anniversarry of the War).

Menurut Nirwanda, untuk merealisasikan target kunjungan wisatawan mancanegara 2012 sebesar 8 juta orang maka diperlukan sinergi dengan pihak lain, termasuk TNI-AL.

"Salah satu sasaran wisman yang hendak dibidik adalah turis wisata bahari dan untuk itu pilihan kita sangat pas bersinergi dengan TNI-AL," katanya.

Sekedar catatan, dari total devisa wisatawan mancanegara sekitar Rp80 triliun pada 2011, sekitar 50 persen lebih bersumber dari sektor bahari.

Apalagi, katanya, TNI-AL selain menjalankan fungsi matra laut, ternyata juga memiliki kegiatan yang bisa mendukung pencitraan pariwisata Indonesia di luar negeri.

"Melalui kunjungan muhibah KRI Dewaruci ini, promosi wisata dan budaya serta potensi ekenomi kreatif juga bisa dilakukan," katanya.

Oleh karena itu, tegasnya, pihaknya melakukan kerja sama dengan pelayaran muhibah KRI Dewaruci itu. "Tidak hanya masyarakat di mana kapal KRI Dewaruci singgah, tetapi para fans KRI Dewaruci, khususnya di Eropa dan Amerika, akan jadi sasaran promosi," katanya.

Dalam kerja sama itu, pihak Kementerian Pariwisata menyediakan berbagai bahan promosi di atas kapal maupun saat melakukan pentas budaya Indonesia, ketika kapal singgah di suatu negara.

Ditanya berapa anggaran yang disiapkan untuk kerja sama promosi Wonderful Indonesia itu, Nirwanda enggan merinci dan hanya mengatakan, ini masuk anggaran rutin biasa.

Pada bagian lain, Nirwanda menegaskan, tren wisata bahari di Indonesia saat ini sedang tumbuh, baik jumlah destinasinya maupun pengunjung. 

"Hampir semua wisatawan mancanegara, khususnya Eropa dan Asia, sangat suka wisata ini mulai dari berselancar, menyelam hingga olah raga air, khususnya pantai," katanya. (E008)
Editor: Ade Marboen dan Sertu Maritim M. Rifai
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com