Selasa, 28 Februari 2012

Berita Kemaritiman Wilbar Indonesia

Curi Ikan, Tiga Kapal Vietnam Ditangkap di Perairan Natuna

REPUBLIKA.CO.ID,PONTIANAK--Kapal Patroli Hiu Macan 001 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap tiga unit kapal motor asing asal Vietnam berbendera Indonesia saat mencuri ikan di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif perairan Natuna.

"Saat ini ketiga kapal asing asal Vietnam itu sudah dititipkan di Pelabuhan Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak," kata Kepala PSDKP Pontianak Bambang Nugroho di Pontianak, Sabtu. Ia menjelaskan, ketiga kapal motor nelayan asing itu ditangkap oleh Kapal Patroli Hiu Macan 001, pada 22 Februari 2012.

Dari ketiga kapal motor asal Vietnam itu, satu diantaranya berbendera Vietnam dan dua kapal motor lainnya menggunakan bendera Indonesia guna mengelabui petugas di saat melakukan patroli di perairan Natuna, katanya. Menurut Bambang, selain melakukan pencurian ikan di kawasan ZEE Natuna, ketiga kapal motor asing tersebut juga menggunakan pukat "harimau" untuk menangkap ikan.

"Selain mengamankan tiga unit kapal motor nelayan asing itu, kami juga mengamankan tiga nakhoda dan tiga anak buah kapal yang kini ditahan di sel PSDKP Pontianak guna menjalani proses hukum selanjutnya," kata Bambang. Perairan Kalbar termasuk dalam Zona III bersama Natuna, Karimata dan Laut Cina Selatan dengan potensi ikan tangkap sebanyak satu juta ton per tahun. Jenis ikan bervariasi seperti tongkol, tenggiri dan cumi-cumi.

Luas areal perairan Kalbar sampai Laut Cina Selatan seluas 26.000 kilometer, meliputi 2.004.000 hektare perairan umum, 26.700 hektare perairan budi daya tambak dan 15.500 hektare laut. Data Kementrian Kelautan dan Perikanan kapal motor nelayan asing yang disita saat ini terbanyak di PSDKP Pontianak yakni sekitar 41 unit, 10 unit kondisi rusak sisanya masih bisa digunakan, di Belawan sekitar 13 unit, kapal motor asing itu terbanyak disita dari nelayan Vietnam, Thailand, China dan Malaysia.
Info by : REPUBLIKA.co.id
Redaktur: Taufik Rachman
Sumber: antara
Editor by : Sertu maritim M. Rifai (Bakorkamla)

Berita Kemaritiman Wilbar Indonesia

Panglima TNI: isu keamanan perairan kawasan picu konflik


 

Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, isu keamanan perairan kawasan dapat menjadi ancaman potensial terjadinya konflik antarnegara di kawasan, yang dapat pula berimbas atau melibatkan Indonesia.

"Isu keamanan perairan kawasan menjadi salah satu potensi ancaman yang harus dihadapi dan diantisipasi TNI ke depan, sesuai perkembangan lingkungan strategis yang ada," katanya, saat memberikan pengarahan siswa Pendidikan Reguler (Dikreg) Siswa Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) angkatan ke-50 di Jakarta, Selasa.

Agus mengatakan, dinamika perkembangan lingkungan strategis kemungkinan ancaman yang dihadapi ke depan adalah ancaman faktual seperti keamanan Selat Malaka, dan pulau terluar, terorisme, separatisme, beragam kegiatan ilegal, konflik horizontal dan vertikal. Sedangkan ancaman potensial yakni isu keamanan perairan kawasan, wilayah perbatasan, pelanggaran wilayah, Hak Asasi Manusia, dan pencemaran lingkungan.

"Semua itu harus dapat diantisipasi dan dihadapi. Kebijakan pembinaan dan penggunaan kekuatan TNI juga harus disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis, baik di tingkat nasional, regional maupun internasional termasuk yang menyangkut keamanan perairan kawasan," kata Panglima TNI.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati mengatakan, isu keamanan perairan kawasan khususnya di Asia Tenggara terutama menyangkut sengketa di Laut China Selatan yang melibatkan enam negara.

"Meski Indonesia tidak masuk dalam sengketa itu, namun situasi keamanan di wilayah perairan Laut China Selatan akan berdampak pada Indonesia, khususnya di perairan Natuna. Sehingga pengamanan tetap harus dilakukan secara optimal antara lain dengan meningkatkan intensitas patroli kapal-kapal di perairan Natuna dan sekitarnya," ujarnya.

Situasi keamanan di Laut China Selatan menjadi hal paling penting bagi Indonesia utamanya keamanan alur pelayaran Selat Sunda-Laut China Selatan, Selat Lombok-Laut China Selatan, Selat Alor-Laut China Selatan, mengingat posisi Indonesia berada di tengah-tengah jalur laut transportasi internasional.
Info by : ANTARANEWS.com
Editor: Ruslan Burhani dan Sertu maritim M. Rifai (Bakorkamla)

Berita Kemaritiman Wilbar Indonesia

Banyak Bajak Laut di Indonesia




Banyak Bajak Laut di Indonesia



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah Laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diperkirakan mencapai 5,8 juta kilometer persegi. Wilayah itu sama saja dengan dua pertiga didominasi laut dan sepertiganya daratan. Sayangnya, penjagaan wilayah laut Indonesia masih belum maksimal sebab banyak masalah yang terjadi di lautan.

"Illegal fishing, human traffiking, kelompok bajak laut, penyelundupan orangutan, dan berbagai kriminal laut lainnya bermunculan di wilayah lautan Indonesia," ujar pengamat maritim Hasyim Djalal dalam acara Maritime Security and Lawa of the Sea Course di Jakarta, Selasa (28/2).

Menurut Hasyim, kasus pembajakan di Somalia dan armed robbery yang terjadi di Selat Malaka menjadi catatan penting bagi negara Indonesia. Karena itu, pihaknya mengimbau agar aparat melakukan tindakan preventif di kawasan regional. "Di laut Kalimantan Mindanau, Aceh, maupun daerah perbatasan lain banyak ditemukan pelanggaran maritime akibat tidak ada penjagaan," katanya.

Kepala Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Laksamana Madya Didik Heru Purnomo mengatakan, setidaknya ada 92 pulau kecil perbatasan, yang 12 pulau itu butuh perhatian khusus karena berada di titik terluar. Karena itu, pihaknya berupaya menegakkan hukum di laut, dan berupaya menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran nelayan maupun jalur perdagangan agar berjalan aman. Karena jika tidak maka sangat mungkin jalur lautan yang tidak terjangkau itu bakal dikuasai pajak laut. "Pencurian kekayaan laut, termasuk pencemaran laut, hingga penyelundupan senjata masih berlangsung. Dan ini menjadi tugas kami," ungkapnya.
Info by : REPUBLIKA.co.id
Redaktur: Hafidz Muftisany
Reporter: Erik Purnama Putra
Editor by : Sertu maritim M. Rifai (Bakorkamla)

Senin, 20 Februari 2012

Berita Kemaritiman Wilbar Indonesia

Trawl Mengganas, 12.000 Nelayan Tradisional TBA Terancam

TANJUNGBALAI ( Berita ) : Lebih dua belas ribu nelayan tradisional Tanjungbalai-Asahan (TBA) terancam kehilangan mata pencaharian akibat mengganasnya pukat trawl (pukat tarik dua) di Selat Malaka.
Hal itu terungkap pada acara silaturrahmi antara nelayan tradisional Tanjungbalai, Asahan, Batubara dan Langkat dengan Komisi B DPRD Sumatera Utara di rumah Ketua Asosiasi Nelayan Indonesia (ANI), Kota Tanjungbalai, Kamis (16/2).

Menurut Ketua ANI Hamdan Saragih didampingi Musa Setiawan SH, saat ini masyarakat nelayan sangat resah dengan beroperasinya alat tangkap ikan terlarang (pukat trawl). Bahkan, semakin hari jumlah mereka kian banyak dan selalu beroperasi di kawasan tangkapan nelayan tradisional.
Salah seorang nelayan asal Langkat Fadlul mengatakan, masyarakat pesisir di Langkat sudah tidak tahan dengan keberadaan pukat tarik dua yang semakin merajalelanya. Keberadaan mereka direstui aparat penegak hukum.

Sedangkan nelayan lainnya, Syahdan mengungkapkan, para pelaku semakin berani menjalankan aksinya. Terbukti saat mereka melaut, alat tangkap pukat tarik dua sengaja dibentang didaerah tangkapan nelayan tradisional sehingga menyulitkan mereka untuk mencari ikan. Dia berharap agar Komisi BDPRDSU tegas dan dapat memberikan solusi dengan merekomendasikan agar pukat trawl dan sejenisnya dihapuskan. Rombongan DPRDSU dipimpin Wakil Komisi B T.Dirkansyah Abu Subhan  berjanji akan memperjuangkan nasib nelayan. (WSP/a32)
Info by : Berita Sore,  Editor by : Redaksi Berita Sore dan Sertu Maritim M. Rifai